Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Narapidana(Analisis deskriptif tentang strategi pembelajaran bahasa Arab bagi Narapidana)

 


Dr. Nuryani , S.Ag.,M.Pd.I

“Buatlah rencana hidup sebaik mungkin. Tetapi jangan lupa untuk belajar bagaimana menghadapi perubahan yang terus berlangsung agar rencana yang disusun rapih bisa berjalan lebih mudah dan efektif. Belajarlah bagaimana menyusun strategi untuk menghadapi perubahan tersebut”.

Idealisme Pembelajaran 

Pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa Arab, merupakan  proses yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pembelajaran harus ada tanpa memandang status ataupun strata sosial di masyarakat. Pembelajaran adalah hak untuk semua bangsa tanpa tebang pilih. Maka dari itu, semua elemen masyarakat harus menggunakan hak belajar ini sebaik mungkin. Kesempatan belajaran adalah hadiah (mukafa’ah) terindah yang Allah berikan untuk hamba-Nya. Pembelajaran adalah energi (quwwah) positif yang akan menjadi motor penggerak menuju kemajuan dan peradaban. Dengan belajar bahasa Arab, manusia akan mencapai kebahagiaan lahir batin dan kenikmatan(mut’ah)  hidup dunia –akhirat.
Dalam mencapai dan merealisasikan idealisme di atas, maka  pembelajaran harus menjadi sasaran utama. Ia harus diletakan pada posisi terdepan dalam sistem kehidupan manusia. Untuk itu, negara dan bangsa wajib menjaga dan menciptakan situasi kondusif, memberikan kesempatan yang luas untuk belajar, mendorong semua pihak untuk belajar  dan memberikan fasilitas memadai serta menyiapkan SDM yang baik (expert). Hanya bangsa dan negara yang mengedepankan pembelajaran akan menempati posisi terdepan diantara negara dan bangsa dunia.   



Titik masalahnya adalah bagaimana menciptakan dan membentuk bangsa yang terdepan atau terunggul itu? Tentu dimulai dari kualitas pembelajarannya. Ini bukan perkara mudah. Untuk  menjadi bangsa yang unggul, pendidik, sebagai aktor terdepan dalam proses pembelajaran, harus berupaya semaksimal mungkin untuk membawa obyek pembelajaran (murid) agar mau belajar secara totalitas. Tentu tidak semudah kita membalikkan kedua tangan. Di  sana banyak aral melintang yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan tugas pembelajaran tersebut. Apalagi jika pembelajaran itu dilakukan dalam lingkungan yang tidak formal, di LAPAS misalnya.  Dalam kerangka  ini, perlu diupayakan untuk memilih atau menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar proses kegiatan belajar menjadi lebih mudah dan efektif. 

Strategi Pembelajaran bahasa Arab untuk Narapidana
Strategi pembelajaran, hususnya pembelajaran bahsa Arab bagi narapidana tentu hampir serupa  dengan strategi-strategi yang diterapkan di lembaga bimbingan belajar non formal pada umumnya atau mungkin yang gunakan di beberapa lembaga formal. Strategi ini adalah sekumpulan cara dan prosedur yang akan dilalui pendidik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan utama tentu mengajak para narapidana mau belajar (memahami materi dan menggunakannya).  Baik metode (cara), prosedur dan tujuan harus  sejalan dan seirama. Jadi, sifatnya sistemik. Namun perlu diingat, sebaik apapun strategi yang disiapkan atau, direncanakan tidak akan memberikan hasil yang memadai jika pendidiknya tidak disiapkan dengan baik pula. 

Dari deskripsi di atas, dapat dilihat bahwa pembelajaran bahasa Arab untuk narapidana terkait erat dengan strateginya. Dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, aspek ini memiliki tiga komponen penting yang harus dijaga, yaitu:
1. Metode 
Metode ini adalah jalan yang harus ditempuh pendidik untuk mengantarkan peserta didiknya agar mencapai tujuannya (menguasai bahasa Arab). Ada beberapa metode untuk pembelajaran bahasa Arab ini, diantaranya adalah:
a)Luring (luar jaringan) atau offline. Metode atau cara yang digunakan dalam pembelajaran bahsa Arab seperti ini harus berpegang pada asas : min assuhuulah ila al-shu’ubah (mendahului yang mudah sebelum mengjarkan yang sulit). Sebaiknya pendidik mengenalkan kata benda (al-asmaa’) sebelum mengajarkan kata-kata kerja (al-af’al). Oleh karena itu, metode yang cukup sesuai untuk ini adalah metode al-mubasyirah (direct methode) dan al-Tadribaat (drill methode). Metode yang digunakan mungkin akan berubah sejalan dengan situasi dan materi yang ada. Shingga pembelajaran  akan berjalan dengan metode yang bervariatif (al-Tanwi’).  
b)Metode daring atau PJJ (al-Ta’lim ‘an bu’din).  Media  yang mungkin dapat digunakan tentu sangat beragam. Namun, pembelajaran bahasa untuk narapidana lebih sesuai menggunakan video inetraktif.  Yaitu video yang telah disiapkan materinya oleh pendidik dalam bentuk link youtube . Pihak Lapas harus menyiapkan perangkatnya berupa  laptop dan layar monitor (LCD) agar sesi pembelajaran bisa dinikmati oleh banyak peserta didik. Sesekali pendidik bisa hadir secara offline untuk membuka ruang pertanyaan sekitar materi ajar yang telah didengarkan dan disaksikan via video.   
c)Belajar Mandiri (belajar di Lapas). Jika ada napi yang merasa mampu belajar mandiri di Lapas, tentu ini hal yang luar biasa. Banyak buku ajar yang tersedia dan dapat membantu untuk itu. Buku tersebut biasanya telah diformat atau didesign dalam bentuk jilid atau jenjang sehingga peserta didik dapat belajar dari yang mudah sampai pada materi yang sulit. Di beberpa lembaga kursus bahasa Arab, di Pare Kediri misalnya, sudah menyediakan buku semacam itu.
d)Belajar dengan Teman. Mungkin metode atau cara ini agak sulit dilaksanakn mengingat lapas adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang punya masalah.  Sehingga secara fsikologis mereka tidak tenang dan nyaman sehingga sulit berbagi ilmu. Bisa jadi mereka juga sangat tertutup karena merasa malu bila ada yang tahu jika ia pandai. Walupun demikian, tidak menutup kemungkinan ada narapidana yang cakap penguasaanya dalam bidang bahasa Arab dan memiliki jiwa yang terbuka. Bila ada, tentu bisa dijadikan patner untuk berbagi ilmu dan keterampilan berbahasa Arab.  
2.Prosedur
Jika pendidik ingin mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung (direct methode), maka prosedurnya atau langkah-langkah yang akan dilalui oleh pendidik saat pembelajaran adalah sebagai berikut:
a)Pendidik menyiapkan media, alat peraga atau benda yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b)Pendidik masuk ruang belajar dengan penuh semangat
c)Setelah berdo’a dan memberi motivasi, pendidik menunjukkan satu media atau benda yang telah disiapkan. Hal ini untuk menarik perhatian peserta didik. Benda ini, bisa asli atau tiruannya (boneka misalnya) gambar atau photo. 
d)Pendidik mengucapkan dengan bahasa target :” maa hadzihi”? sambil memegang bendanya. “Hadzihi qolansuatun(هذه قلنسوة)....” (tanpa mengucapkan artinya: ini adalah songkok). Peserta didik dalam hal ini hanya membutuhkan bahasa target (bahasa Arab). Dan bahasa target inilah yang harus ditonjolkan. 
e)Pendidik mengulang kata “qolansuatun” dengan suara lantang dan peserta didik mengikutinya. Proses ini dilakukan minimal tiga kali atau bisa lebih sesuai situasi dan kondisi (sampai kata tersebut melekat dalam ingatan). 
f)Pendidik menunjuk beberapa peserta didik dan memintanya mengucapkan kata yang baru saja dipelajari. Hal ini untuk menguji apakah kata tersebut telah menjadi milik mereka (mereka kuasai). Cara ini mewajibkan peserta didik dapat membawa pulang kata-kata yang dipelajri dalam keadaan melekat dalam ingatan, bukan melekat dalam buku mereka (al-‘lmu fi shudur la fi shuthuur). 
g)Begitulah sterusnya...guru mengucapkan materi ajar (yang dianggap sulit bagi peserta didik), lalu peserta didik mengikuti dan menghafalnya sampai mendarah daging. 
Singkat kata, ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur di atas yaitu:
a)Mendengarkan bahasa tujuan (al-istima’ ila Lughoh al-hadf). Dalam hal ini adalah bahasa Arab.
b)Banyak berlatih (mumarosah) dengan bahasa tujuan dan meninggalkan bahasa daerah  minimal saat pembelajaran berlangsung. 
c)Sering menghafal kata-kata penting dan familier (al-Sya’iah). Hal ini bisa dilakukan dengan membuka kamus, bertanya ke kamus berjalan (teman yang lebih pandai)  atau kepada pendidik langsung.
d)Terbentuknya budaya literasi. Dengan sering menghafal, berarti peserta didik akan sering membaca dan tentu melatih daya ingat peserta didik.
3.Tujuan 
Tujuan dalam pembelajaran bahasa Arab bagi narapidana adalah tercapainya kompetensi yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Setelah pembelajaran berlangsung, paling tidak peserta didik mampu: (1)  menguasai minimal 300 kosa kata isim dan 200 kata kerja; (2) menguasai dan mempraktekkan kalimat  sederhana yang digunakan sehari-hari; (3) membedakan pola kalimat sederhana yang meliputi jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah.  Tujuan ini akan dikembangkan  atau  ditingkatkan sesuai level atau jenjang pembelajaran yang diikuti.  

Khotimah
Idealisme pendidikan dan lebih husus pembelajaran di negara ini harus dibarengi dengan penguatan fasilitas pendukungnya. Disiapkan juga strategi dan pelaksanaanya yang tepat agar proses pendidikan dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Tiga elemen strategi di atas bukanlah tawaran yang baku, mungkin masih perlu ada tambahan untuk tulisan berikutnya, yaitu elemen atau aspek materi dan evaluasi yang digunakan untuk pembelajaran di Lapas ini. Wallahu a’lam bishowab.

Biodata

Nuryani, lahir di Kota Tangerang Banten pada tanggal 03 Maret 1971. Penulis merupakan anak ke-tujuh dari Sembilan bersaudara dari pasangan Bpk. Mansur bin Ijin, dan Ibu Tasiyah binti H. Ahmad. Pendidikan formalnya dimulai di  MI Darussalam II Tangerang dan di selesaikan tahun 1986. Kemudian di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Tangerang  dan lulus pada tahun 1989. Dilanjutkan nyantri di KMI Gontor Ponorogo dan tamat pada 1995. Pendidikan  sarjana-nya ditempuh di STAIN Tulungagung pada jurusan PBA dan selesai pada tahun 2000. Selanjutnya,   pada 2004 penulis mengikuti Pendidikan Pascasarjana (S-2) di Perguruan Tinggi yang sama pada jurusan Pendidikan Islam dan lulus tahun 2006. Menempuh  Program Pascasarjana (S-3) di UIN Malang dengan konsentrasi pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan selesai pada tahun 2020. Selain sebagai tenaga pendidik di jurusan PBA IAIN Tulungagung, penulis juga ikut aktif dibeberapa kegiatan seminar bahasa Arab, baik nasional maupun internasional. Saat ini, penulis dikaruniai tiga orang putri, yakni: Nadia Rahmatika (19 tahun), Afifah Farha (14 tahun) dan Anne Fadhilah (10 tahun). Penulis saat ini berdomisili di Wonorejo Sumbergempol Tulungagung. Penulis bisa dihubungi via: E-mail nuryanimansur1574@gmail.com, atau di nomor kontak: 081331820117.



Komentar